NATURE BASED MANAGEMENT 1
MANAJEMEN UMUM (SOFTKILL)
Ringkasan dari Buku Nature Based
Management
KELAS : 1DB09
Disusun Oleh :
FELIXS ARGA
MAHADIKA ( 32111805 )
HARSENO AJI ( 33111248
)
TRI RAGIL
MUJIYANTO ( 37111171 )
KUKUH WINDU PRANOMO ( 34111032 )
KATA
PENGANTAR
Puji serta
syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan ridho
dan rahmatnya tugas manajemen umum (Softkill)ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan rangkuman dari buku NATURE BASED MANGEMNTini dilakukan
dalam rangka memenuhi tugas dalam mata kuliah Manajemen Umum ( Softkill )
universitas gunadarma. Penulis sangat menyadari bahwa, tanpa bantuan dari
beberapa pihak, sangatlah sulit untuk menyelesaikan makalah sistem informasi
ini dengan baik dan tepat waktu.
untuk itu
penulis meminta yang sebesar-besarnya
apabila ada kesalahan maupun kekurangan didalam penulisan
rangkuman ini. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca, agar kedepanya pembuatan makalah
sistem informasi ini dapat terus ditingkatkan
dan dapat menjadi lebih baik lagi.
Jakarta, 12 Januari 2012
Penulis
BAB I
ANGIN
Angin
adalah sebuaih elemen alam yang tidak terdefenisi karakternya jarena dia
sejatinya tidak memiliki watak yang ajeg. Atau, kalau kita masih mau mencoba
mengklasifisikasikan itu sendirilah yang menjadi sifatnya. Coba renungkan saja,
angin dapat berhembus semilir menyejukan hawa dan mendinginkan hati, tapi bisa mndadak berubah kencang membuyarkan
benda-benda. Angin pun dapat menggerakan kincir air, jugaj dapat menjadi sumber
energi pembangkit listrik.
Karena itu, sifat tak terdugalah
yang menjadi kelebihan angin. Makanya, orang yan mood-nya berganti-ganti sering
disebut “angin-anginan”. Angin bagaikan suhu dewa mabuk yang jurus-jurusnya
liar penuh kejutan dan mengagetkan lawan. Dalam teori pemasaran, inilah yang
disebutkan oleh Thomas Bonoma, artinya
jurus-jurus pemasaran pendobrak dan radikal yang memang penuh kelokan
Sepengamatan Bonoma, kesuksesan
tergantung pada keberadaan marketing
subvervive di dalam perusahaan, yaitu mereka yang membongkar stuktur organisasi
untuk menerapkan praktik-praktik pemasaran baru. Dengan berimprovisasi liar
berdasarkan keahlian tradisional-interaksi, pengalokasian sumber daya,
pemantauan, dan pengelolaan-mereka kerap mengambil resiko untuk mrmperkenalkan
praktik-praktik tak lazim. Makanya pengelolaan kejutan-kejutan dengan baiklah
yang sebenarnya akan menghasilkan letupan-letupan prestasi yang tak
berkesudahan. Bagi Bonama, ada dua resep utama pengelolaan untuk melanggengkan
praktik marketing subversies, yaitu
mendorong rasa tidak puas dan mencari role
models atau anutan
Tengok
saja Richarad Branson, sang CEO nan eksentrik dari virgin group. Sangking
eksentriknya, Branson yang bergaya ugal-ugalan ini bahkan dijuluki Rebel Billionarie karena pemikirannya
yang tak terduga, liar, penuh tikungan, tapi dahsyat bukan main . salah satu
contoh keliaranya adalah ketika ia mendobrak pakaem bahwa suatu Brand kuat dalam satu produk tertrntu
seyogyanya tidak melakukan brand
extension dengan mengusung nama brand
yang sama.
Faktor
apa sebenarnya yang membuat elemen angin yang dikerahkan Branson ini sukses?
Kuncinya adalah konsisten dengan sifat angin
itu.
GURUN PASIR
Pesona
gurun pasir berasal dari berkumpulnya elemen-elemen yang saling bertentangan
dalam diri gurun pasir. Sebagai contoh, pada siang hari gurun pasir terik luar
biasa, sementara di malam hari dingin penusuk tulang yang menggantikan .
kontras lain, gurun pasir identi dengan kegersangan tanpa air di satu sisi,
padahal di sisi lain ia menyajkan pula tanaman kaktus yang menyimpan cairan
berlimpah-ruah.
Dalam
bahasa kerenya gurun pasir adalah semacam tempat yin dan yang berkumpul
dimana terdapat elemen-elemen yang saling menetralkan sehingga terdapat
keseimbangan atau titik nol. Dalam istilah manajemen, inilah yang disebut
William Bridge dan Susan Mitchell dalam “Memimpin Transisi: Model Baru untuk
Perubahan” sebagai zona netral, yang
memang mereka sinonimkan dengan gurun pasir. Menurut Bridge dan Mitchell, fase
transisi ala gurun adaah zona netral tempat
tiadanya kepastian dan berkumpulnya kebingungan yang sangat menguras energi.
Zona netral tidak nyaman sehingga orang ingin keluar dari situ. Sebagian orang
mencoba maju dengan tergesa-gesa ke dalam situasi baru, sementara yang lain
berusaha mundur ke masa lalu. Bagaimana pun juga, waktu di zona netral ini
tidak sia-sia karena di situlah kreativitas dan energi transisi ditemukan dan
tranformasi yang sesungguhya terjadi.
Untuk
melalui zona netral gurun pasir ini, terdapat tujuh langkah panduan:
Ø Memperbesar
tulah, kutukan, atau tekanan
Ø Menandai
akhir
Ø Menghadapi
desas-desus
Ø Memberi
rakyat akses kepada pembuat keputusan
Ø Memanfaatkan
peluang kretif yng disediakan zona netral
Ø Menolak
desakan untuk maju dengan tergesa-gesa
Ø Memehami
bahwa kepemimpinan zona netral adalah istimewa.
API
Berbicara soal motivasi yang
diumpamakan sebagai api yang perlu dipantik, Theresa Amabile dalam artikel
klasiknya, “How to Kill Creativity” mengulik
tentang ini dalam teorinya yang ia beri nama Intrinsic Motivation Principle of Creativity. Dalam teori ini,
Amabile mengemukakan bahwa kreativitas terdiri dari tiga unsur, yaitu berfikir
secara imajnatif, keahlian dan motivasi.
Amabile menjekaskan bahwa pemikiran kreatif merujuk pada
cara orang menghampiri masalah dan mencetuskan solusi, yakni kemeampuan
menyatukn ide-ide yang ada kedalam kombinasi baru. Pemikiran pada kepribadian,
pola pikir, dan pola kerja seseorang. Keahlian
adalah segala sesuatu yang anda ketahui dan bisa anda lakukan dalam cakupan
wilayah kerja anda. Sementara itu, apbila kedua elemen kretivitas diatas
hanyalah sumber daya internal yang dimiliki seseorang, maka motivasi merupakan
elemen terakhir yang sebenarnya menjadi penentu apakah orang itu akan bertindak
ataukah hanya berpangku tangan. Oleh sebab itu, bisa saja kejadian seseorang
memiliki segudang pemikiran kreatif dan keahlian untuk menerapkannya dalam
tindakan tapi tidak bisa mewujudkannya karena ia kekurangan aau tidak memiliki
motivasi sama sekali.
Amabile melanjutkan motivasi terbagi
menjadi ekstrinsik dan intrinsik, yang mana hal terakhirlah
yang dianggap lebih penting dalam kretivitas. Motivasi ekstrinsik adalah
motivasi yang berasal dari luar diri seseorang, misalnya, taakut akan hukum
atau ingin mendapatkan penghargaan. Akan tetapi, motivasi ini tidak berhasil
jika karyawan atau bawahan tidak merasakan gairah dan minat besar pada
pekerjaan mereka. Oleh sebab itu, gairah dan minat-hasrat internal seseorang
untuk melakukan sesuatu-merupakan inti dari motivasi intrinsik. Keduanya harus
benar-benar diutamakan dalam kegiatan kreatif.
Membahas ulang penelitian Amabile
dalam bahasa yang lebih sederhana, sesorang akan lebih kreatif tatkala ia
merasa termotivasi oleh minat, kepuasan, dan tantangan dari kerja itu sendiri
dari pada oleh tekanan eksternal. Karenanya, Anda ingin berinovasi harus
terbakar oleh api minat dan gairah yang bear terhadap bidang yang ingin anda
geluti. Dengan begitu, kemungkinan annda menelurkan varian pemasaran, proses,
atau pelayanan. Jadi, kata kunci bagi motivasi adalah bara gairah dan hasrat.
GUNUNG
Apa yang patut
diikuti dari gunung ? Kevin Roberts dalam bukunya yang berjudul Lovemarks:the future Beyond Brands, memberikan
jawabanya. Dalam bukunya itu Roberts Mengemukakan bahwa untuk bisa memahami
pelanggan, perusahaan atau pemasar harus rela “Naik Gunung” (climb the
mountain). Maksudnya, kalau kita hanya melihat bisnis kita dari kegagalan bagi
orang yang memiliki motivasi interinsik tidak membuatnya menjadi berputus asa.
Kegagalan justru laksana vitamin yang akan membuatnya menjadi lebih kuat, lebih
bertenaga dan lebih termotivasi lagi untuk meraih kesuksesan.
Perlunya Big Picture ini penting terutama jika
terkait dengan sifat gunung berjenis lain, yaitu gunung aktif. Jenis gunung
semacam ini mengundang rasa kagum sekaligus cemas bagi masyarakat, apalagi
komunitas setempat. Kalau gunung merapi meletus hebat, niscaya akan terjadi
dapak yang cukup luas . Namun dampak luas menggetarkan ini jangan sekedar
dipersepsikan negative. Sebenarnya, dalam contoh kasus, letusan gunung berapi
malah mengobarkan perubahan alias mencetuskan revolusi. Maka dari itu, kembali
menjejak dunia manajemen, gunung dalam bahasa garangnya adalah perlambangan
revolusi. Apabila dikawinkan dengan pendapat Roberts akan perlunya perusahaan
mendapatkan Big Picture, kita bisa
mengatakan bahwa Perusahaan dan institusi
yang ingin mencetuskan revolusi ala gunung dalam kinerja haruslah menetapkan
visi besar terlebih dahulu.
Pelajaran Manajemen Dari Gunung
Ø Gunung
mengajarkan pentingnya mendapatkan gambaran umum komprehensif atau medan umum
persaingan pasar (Big picture)
sebelum langkah-langkah kongkret.
Ø Gunung
juga mewejangkan bahwa jika ingin sukses, janganlah setengah-setengah. Fokus
dan tekunin betul bisnis atau pekerjaan kita serta tangkap peluang yang ada
dengan sebaik mungkin. Jadilah yang terbaik dibidang yang kita geluti. Inilah
yang dikatakan Hermawan Kartajaya sebagai “eat,
sleep and with your business”.
Ø Gunung
sekaligus perlambang revolusi. Revolusi dalam tubuh organisasi haruslah diawali
dari penentuan visi besar terlebih dahulu. Visi besar itu umumnya terbagi
menjadi visi jangka pendek yang melibatkan Shock
therapy; Visi jangka panjang menengah; dan visi jangka panjang.
LEMBAH
Dibandingkan
puncak gunung, lembah jelas kurang seksi. Lembah yang letaknya ada di bawah
kerap menjadi ibarat bagi nasib mengenaskan, seperti terungkap dalam kalimat
“terpuruk dalam lembah kenistaan atau lembah kesengsara”.
Ada dua kata
kunci dalam penanggulangan: Penghematan
tapi sekaligus juga tindakan
penanggulangan. Ini Memberikan pelajaran bahwa apabila anda merasa sebagai
pihak yang memiliki banyak kekurangan dan kelemahan dan merasa sedang berada di
posisi bawah di dalam lembah, janganlah gundah. Justru kelemahan itulah yang
dapat menjadi tambang potensional bagi anda untuk meraih kekuatan. Jadi, apakah Anda sudah siap
mengantisipasi dan bangkit kembali dari situasi lembah?
Pelajaran
Manajemen Dari lembah
Ø Lembah
mewakili titik-titik nadir di dalam kehidupan. Namun, hikmah penting dari
lembah adalah bahwa kelemahan itu sebenarnya bisa di ubah menjadi kekuatan.
Ø Mekanisme
penanggulangan situasi ala lembah dapat di teladani. Dengan kata lain,
melakukan penghematan tapi sekaligus
juga tindakan penanggulangan.
Ø Untuk
mengubah kelemahan menjadi kekuatan, kondisi jatuhnya menjadi kondisi memantul,
ada sejumlah langkah yang bisa di lakukan
1> Menerima
kondisi memantul
2> Mengelola
kegelisahan
3> Mengelola
faktor-faktor mental
4> Mengelola
uang
5> Mengelola
misi
6> Mengelola
moral atau semangat tim
GUA
Sering Melihat
wayang, ya kadang tokoh-tokoh pada wayang itu sering bertapa di Gua untuk
mendapatkan pusaka, dalam dunia nyata bisa bisa di ambil sisi manajemennya.
Gua adalah wadah
untuk menggali nilai-nilai mulia demi mendapatkan kepenuhan hidup di dunia.
Jadi, Apabila
gua merupakan perlambangan bagi nilai-nilai luhur bagi manusia, maka dalam
bahasa manajemen inilah yang di sebut Leonard L. Berry dalam artikelnya untuk
the Drucker’s Foundation “kedermawanan Strategis” sebagai values-driven leadership alias kepemimpinan yang di gerakan
nilai-nilai. Menurut Berry, kepemimpinan semacam ini terdiri dari sejumlah
nilai luhur-dalam bahasa kami, nilai luhur ala gua-sebagai berikut:
1> Keunggulan:
Menekankan standar tinggi di dalam organisasi.
2> Inovasi:
Mengubah status quo menjadi lebih baik.
3> Kegembiraan:
Mengangkat semangat manusiawi.
4> Kerja
sama tim: secara bersama-sama menyatukan sumberdaya kedalam satu tujuan
bersama.
5> Rasa
hormat: Menanamkan martabat dan harga diri bagi pelanggan dan orang-orang yang
melayani mereka.
6> Integrasi:
Bersaing berdasarkan kejujuran dan aturan main.
7> Manfaat
sosial: Menciptakan manfaat bagi masyarakat banyak di luar pemasaran barang dan
jasa menciptakan lapangan kerja.
Pelajaran
Manajemen dari Gua
Ø Gua
adalah symbol bagi nilai-nilai luhur dan etis yang ternyata bsia juga menjadi
senjata ampuh dalam dunia berbisnis dan manajemen.
Ø Dalam
Teori kepemimpinan, nilai gua ini mewujud dalam bentuk values-driven leadership yang memang terdiri dari nilai-nilai
sebagai berikut:
1> Keunggulan
2> Inovasi
3> Kegembiraan
4> Kerja
sama tim
5> Rasa
Hormat
6> Integrasi
7> Manfaat
sosial
HUTAN
Hutan barangkali merupakan
salah satu kreasi alam yang paling mengundang perasaan kontradiktif dalam diri
mausia.Betapa tidak! Di satu sisi kita terpesona oleh keindahan alam yang
ditawarkan hutan: keragaman makhluk hidup,udara segar,kesunyian,dan sebagainya.
Sisi indah dari hutan ini seakan menggetarkan.Kadang-kadang ,saking seramnya suasana yang melputi hutan ,tempat ini disamakan sebagai sarang para jin dan lelembut.Suara binatang sedikit saja sedikit dihutan,entah itu buung hantu adatu lebih-lebih serigala,sudah cukup membuat manusia keder dan kalang kabut.Karena itu kia mencintai hutan sekaligus juga menyayanginya.
Sinkat kata hutan adalah belantara yang dilindungi dengan kabut misteri.
Sisi indah dari hutan ini seakan menggetarkan.Kadang-kadang ,saking seramnya suasana yang melputi hutan ,tempat ini disamakan sebagai sarang para jin dan lelembut.Suara binatang sedikit saja sedikit dihutan,entah itu buung hantu adatu lebih-lebih serigala,sudah cukup membuat manusia keder dan kalang kabut.Karena itu kia mencintai hutan sekaligus juga menyayanginya.
Sinkat kata hutan adalah belantara yang dilindungi dengan kabut misteri.
Namun dalam bisnis dan
manajemen,hutan menempati posisi sebagai metafora yang penuh keampuhan.Menurut
Kevin Roberts dari Saatchi & Saatchi pada Lovemaks: The Future Beyind
Brands,calon perusahaan atau merek unggul harus rela “masuk hutan” (go to the
jungle),tang melambangkan detail dan bolume pasar yang besar.Maksudnya , kita
harus mendalami pasar sasaran secara
lebih detail.
Makanya kata kunci dari teori
“hutan” ini seabetulnya sederhana: memahami kebutuhan masyarakat,terutama
masyarakat bawah,yaitu masyarakat massa yang disebut C.K Prahalad sebagai the bottom of pyramids.Sepengamatan
Prahalad, the bottom of pyramids memang
tidak ounya daya beli yang besar rakibat strata ekonominya yang lemah.Akan
tetapi, karena jumlah merekan yang banyak, daya beli mereka pun secara
signifikan akan terakumulasi untuk menguntungkan pemasar atai perusahaan.
Contoh dari kasus Sosro, yang
terkenal merk The botol-nya. Keluarga sosro terkenal pelit berbicara kepada
media, baik mengenai profil maupu soal strategi bisnis mereka. Namun, arura
misterius ini suliut bagi kompetititor untuk mengetahui titik lemah dan kuatnya
Sosro. Akibatnya Sosro selalu selangkah didepan dalam kancah persaingan dan
terus Berjaya menjadi merek the kemasan botol teratas si negeri ini, tak
tergoyahkan oleh raksasa global seperti Coca-Cola dan Frestea-nya.
Jelaslah sudah bahwa hutan
menyimpan kekuatan yang patut diteladani.Akan tetapi, akan tetapi itu buan
terletak pada hal gaib terkait dengan jin,siluman,dan hal lainnya. Sisi positif
hutan adalah membuat orang penasaran serta selalu tercengang dengan kejutan
yang di pertontonkannya, sebagaimana dilakuakan oleh Sosro.
POHON
“Tanamlah pohon.” Seruan ini
santer terdengarbelakangan di tengah krisis lingkungan yang dahsyat dan
intensifnya kampanye penyadaran akan pentingnya penghijauan. Menanam phon
dianggap sebagai menyemai bibit-biit awal restorasi alias pemuliha keseimbangan
dimuka bumi demi menyelamatkan umat manusia dari berbagai bahaya terkait iklim:
banjir,pemanasan global,polusi,dan lain sebagainya, Maka dari itu, pohon adalah
perlambang kehidupan dan juga keteduhan.
Hebatnya, pertanda ini juga
tampaknya begitu selaras dengan keterpesonaan David Cooperrider dan Suresh
Srivasta-penggagas konsep manajemen perubahan appreciative inquiry-terhadap
pohon. Dalam artikel ilmiah mereka,”Picturing
the Core as Tree of Life”, kedua penulis dengan detail menguraikan komponen
pohon dan kaitannya dengan manajemen perubahan. Mereka mengatakan pohon terdiri
dari berbagai komponen utama dan pedukung berupatanah, akar , batangpohon,
ranting, kelopak, dan cahaya. Lebih jauh lagi, bagi mereka tanah
melambangan kualitas-kualitas yang mendukung dan memupuk. Akar memiliki aset
histori,nilai,dan keyakinan. Batang pohon mempresentasikan rancangan
organisasi,struktur,dan proses. Cabang adalah kualitas kepemimpinan, hubungan
dan aliansi. Daun adalah praktik terbaik . kelopak adalah kemungkinan baru dari
inovasi,sementara cahaya adalah sumber energi, harapan dan keberanian.
Kita tentu hafal dengan
pepatah “buah jatuh tak jauh dar
pohonnya”. Artinya kira-kira anak adalah cerminan pola asuh keluarganya.
Karena itu,menarik apabila kita kaji resep beberapa keluarga sukses di negeri
ini.
Swa dalam
edisi khususnya Mengungkapkan Perjalanan
Sukses (22 Januari-4 Februari 2009) mengemukakan betapa Indonesia mempunyai
begitu banyak keluarga sukses dalam,artian satu keluarga yang keturunannya
rata-rata menuai sukses yang tak main-main di tingkatnya. Sebut saja keluarga
Firmansyah dan keluarga Hasniar yang menurunkan trio maut Erry Firmansyah
(mantan Dirut BEI/Bursa Efek Indonesia), Rinaldi Firmansyah (Dirut Utama
PT.Telkom), dan Evi FIrmansyah (Wakil Dirut Utama Bang Tabungan Negara).
Adalagi keluarga
Soemarno,yang anak-anaknya adalah Ari H.Soemarno (mantan Dirut Pertamina), Rini
SOemarno (mantan Menteri Perdagangan dan mantan Dirut Astra Internasional), dan
Ongkie Soemarno (pengusaha sukses). Dan masih banyak lagi keluarga-keluarga
sukses lainnya si negeri ini.
Bagaimana bias satu keluarga
mampu mengantar semua keluarganya menuju gerbang kesuksesan? Jawabannya
ternyata tak jauh-jau dari karakter pohon yang sudah diuraikan panjang lebar
diatas. Sebagaimana disibak Swa,resep-resep
umum keberhasilan para dinasti sukses itu membentuk daftar yang cukup panjang
berupa memberikan kesempatan kepada anak
untuk berkembang sesuai dengan minat dan , menciptakan anak merasa riang
dan nyaman dalam pengembangan diri, menanamkan nilai-nilai positif dasar (kerja
keras,disipllin,sadar waktu,dan lain sebagainya), menumbuhkan keterampilan
social dan berorganisasi, mendorong semangat berkompetisi dan berprestasi,
membiasakan anak berjuang sebelum meminta sesuatu, dan melatih anak dengan
member mereka lebih banyak tanggung jawab.
Betapa selaras pakem ini
selaras dengan watak pohon. Menciptakan lingkungan kondusif adalah ibarat
tanah. Penanaman nilai dasar sama dengan akar. Pemupukan keterampilan sosial
dan berorganisasi adalah seperti batang pohon dan cabangnya. Semangat
berpartisipasi setali tiga uang dengan daun dan kelopak, yang melambangkan
prestasi terbaik dan kemungkinan inovasi, sementara melatih anak dengan
pemberian lebih banyak tanggung jawab bagaikan memberikan cahaya bagi anak
untuk menyongsong masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar